Kamis, 01 Desember 2011

karet


PROSPEK AGRIBISNIS KARET DI INDONESIA

PENDAHULUAN
Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor Karet Indonesia selama 20 tahun terakhir terus menunjukkan adanya peningkatan dari 1.0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1.3 juta ton pada tahun 1995 dan 2.0 juta ton pada tahun 2005. Pendapatan devisa dari komoditi ini pada semester pertama tahun 2006 mencapai US$ 2.0 milyar, dan diperkirakan nilai ekspor karet pada tahun 2006 akan mencapai US $ 4,2 milyar (Kompas, 2006).
Sejumlah lokasi di Indonesia memiliki keadaan lahan yang cocok untuk pertanaman karet, sebagian besar berada di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Luas area perkebunan karet tahun 2005 tercatat mencapai lebih dari 3.2 juta ha yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Diantaranya 85% merupakan perkebunan karet milik rakyat, dan hanya 7% perkebunan besar negara serta 8% perkebunan besar milik swasta. Produksi karet secara nasional pada tahun 2005 mencapai 2.2 juta ton. Jumlah ini masih akan bisa ditingkatkan lagi dengan melakukan peremajaan dan memberdayakan lahan-lahan pertanian milik petani serta lahan kosong/tidak produktif yang sesuai untuk perkebunan karet.
Dengan memperhatikan adanya peningkatan permintaan dunia terhadap komoditi karet ini dimasa yang akan datang, maka upaya untuk meningkatakan pendapatan petani melalui perluasan tanaman karet dan peremajaaan kebun bisa merupakan langkah yang efektif untuk dilaksanakan. Guna mendukung hal ini, perlu diadakan bantuan yang bisa memberikan modal bagi petani atau pekebun swasta untuk membiayai pembangunan kebun karet dan pemeliharaan tanaman secara intensif.
Pada makalah ini disajikan,  perkembangan pasar komoditi karet alam dilihat dari permintaan dan penawaran karet alam sampai dengan tahun 2035, dan prospek agribisnis karet dilihat dari klon-klon karet rekomendasi dengan potensi produksinya, kebutuhan investasi dan kelayakan finansial pengusahaan kebun karet, serta hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam rangka pengembangan agribisnis karet di Indonesia.


PERKEMBANGAN PASAR KARET ALAM
Karet merupakan kebutuhan yang vital bagi kehidupan manusia seharihari, hal ini terkait dengan mobilitas manusia dan barang yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti ban kendaraan, conveyor belt, sabuk transmisi, dock fender, sepatu dan sandal karet. Kebutuhan karet alam maupun karet sintetik terus meningkat sejalan dengan meningkatnya standar hidup manusia. Kebutuhan karet sintetik relatif lebih mudah dipenuhi karena sumber bahan baku relatif tersedia walaupun harganya mahal, akan tetapi karet alam dikonsumsi sebagai bahan baku industri tetapi diproduksi sebagai komoditi perkebunan.
Secara fundamental harga karet alam dipengaruhi oleh permintaan (konsumsi) dan penawaran (produksi) serta stock/cadangan.


a. Pertumbuhan Konsumsi Karet Alam
Konsumsi karet alam dunia dalam dua dekade terakhir meningkat secara drastis, walaupun terjadi resesi ekonomi dunia pada awal tahun 1980-an dan krisis ekonomi Asia pada tahun 1997/1998. Selama tahun 1980-2005 konsumsi karet alam mengalami pertumbuhan yang menurun dan stagnan di Eropa, dan di Jepang pada periode 1990 juga stagnan, akan tetapi terjadi pertumbuhan yang tinggi seperti China dan negara berkembang lainnya.

Pertumbuhan ekonomi dunia yang pesat pada sepuluh tahun terakhir, terutama China dan beberapa negara kawasan Asia-Pasifik dan Amerika Latin seperti India, Korea Selatan dan Brazil, memberi dampak pertumbuhan permintaan karet alam yang cukup tinggi, walaupun pertumbuhan permintaan karet di negara-negara industri maju seperti Amerika Serikat, Eropa dan Jepang relatif stagnan.
Menurut International Rubber Study Group (IRSG), diperkirakan akan terjadi kekurangan pasokan karet alam pada periode dua dekade ke depan. Hal ini menjadi kekuatiran pihak konsumen, terutama pabrik-pabrik ban seperti Bridgestone, Goodyear dan Michelin. Sehingga pada tahun 2004, IRSG membentuk Task Force Rubber Eco Project (REP) untuk melakukan studi tentang permintaan dan penawaran karet sampai dengan tahun 2035. Hasil studi REP meyatakan bahwa permintaan karet alam dan sintetik dunia pada tahun 2035 adalah sebesar 31.3 juta ton untuk industri ban dan non ban, dan 15 juta ton diantaranya adalah karet alam. Produksi karet alam pada tahun 2005 diperkirakan 8.5 juta ton. Dari studi ini diproyeksikan pertumbuhan produksi Indonesia akan mencapai 3% per tahun, sedangkan Thailand hanya 1% dan Malaysia -2%. Pertumbuhan produksi Indonesia ini dapat dicapai melalui peremajaan atau penaman baru karet yang cukup luas, dengan perkiraan produksi pada tahun 2020 sebesar 3.5 juta ton dan tahun 2035 sebesar 5.1 juta ton.

b. Pertumbuhan Produksi Karet Alam
Penawaran karet alam dunia meningkat lebih dari tiga persen per tahun dalam dua dekade terakhir, dimana mencapai 8.81 juta ton pada tahun 2005 . Pertumbuhan tersebut berasal dari negara produsen Thailand, Indonesia, Malaysia, India, China dan lainnya. Produksi karet Thailand menjadi dua kali lipat selama periode 1980-1990 dan 1990-2000. Juga India dan China pada periode yang sama akan tetapi negara tersebut masih sebagai net importir untuk karet alam. Malaysia sejak tahun 1991 tidak lagi menjadi produsen utama karet alam dunia tetapi digeser oleh Thailand, sementara itu Indonesia tetap sebagai negara produsen kedua. Thailand memproduksi lebih dari 33% karet alam dunia pada tahun 2005, sementara Indonesia dengan pangsa produksi 26% dan Malaysia tinggal 13%.

c. Keseimbangan Penawaran dan Permintaan Karet Alam Dunia
Bedasarkan data IRSG (2004a), ketakseimbangan (imbalance)penawaran dan permintaan karet alam mulai terlihat sejak tahun 1900-an(surplus/defisit dari penawaran karet alam), dan berpengaruh terhadap cadangan(stock) karet alam dunia. Secara teoritis, harga diharapkan akan bereaksidengan ketakseimbangan penawaran dan permintaan. Dimana kenaikan hargaterjadi karena defisit penawaran dan turunnya harga karena surplus penawaran. Hal tersebut tentunya akan menyulitkan bagi pelakupasar dalam mengambil keputusan.Menurut Ng (1986), tidak berpengaruhnya surplus/defisit pasokan dancadangan terhadap harga karet dunia, disebabkan oleh adanya imperfectknowledge terhadap penawaran dan permintaan global karet alam pada waktutertentu (adanya senjang waktu karena masalah akses informasi) serta adanyakegiatan spekulasi dan hedging pada kegiatan pemasaran karet alam duniaseperti forward purchase, future contract, longterm arrangement, dansebagainya.

d. Perkembangan Harga Karet Alam
Karet sintetik sebagai produk hasil industri harganya relatif lebih stabil dibandingkan dengan karet alam. Selain itu, karet sintetik yang umumnya diproduksi dan dikonsumsi negara industri, harganya cenderung naik sejalan dengan harga bahan baku, kenaikan biaya produksi dan tingkat inflasi dari negara produsen. Hal ini sangat berbeda dengan harga karet alam yang berfluktuasi yang dipengaruhi oleh kondisi alam (cuaca/iklim), nilai tukar dan perkembangan ekonomi negara konsumen. Untuk menghindari kerugian karena gejolak harga karet alam, pasar berjangka (future trading) karet menyediakan sarana dan mekanisme lindung nilai (hedging). Pasar berjangka karet alam yang saat ini menjadi panutan/pedoman dunia adalah Singapura (SICOM) dan Jepang (TOCOM), serta yang relatif baru di Thailand (AFET) dan China (SHFE). Sedangkan pasar fisik (physical/spot) karet alam, selain di Singapura dan Jepang juga terdapat di negara produsen seperti Malaysia dan Thailand serta di negara-negara konsumen seperti di Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang. Dari 35 mutu karet alam yang diperdagangkan dunia secara fisik, hanya tiga mutu (RSS 1, RSS 3, TSR 20) yang dijadikan mata dagangan di pasar berjangka karet. Pasar atau bursa berjangka disebut juga pasar yang terorganisasi dan harga penyerahan hingga 12 bulan ke depan yang terbentuk disebarluaskan. Pada pasar fisik umumnya hanya harga hingga penyerahan tiga bulan kedepan yang terbentuk (BPEN, 2003).
Pada pasar karet global, Singapura dan Kuala Lumpur dikenal sebagaipasar dari kawasan produsen. Sementara itu London, New York dan Tokyosebagai pasar dari kawasan konsumen. Karena perbedaan waktu antara Tokyo(Jepang) dengan negara-negara produsen utama karet hanya sekitar 1- 2 jam,sehingga pasar dari dua kawasan tersebut memperlihatkan pergerakan yangsama. Jepang (Tokyo dan Osaka) sebagai salah satu negara konsumen utamakaret alam, kadang-kadang menstimulasi pasar di negara konsumen (Yoko,2004). Beberapa faktor yang mempengaruhi tren harga karet alam adalah:pasar luar negeri, permintaan dan penawaran (ekspor dan cadangan), situasipolitik dan ekonomi internasional, tren nilai tukar, harga karet sintetik (harga SBRdan harga minyak bumi), pertumbuhan ekonomi global (konsumen utamaseperti Amerika Serikat, Uni Eropa, Jepang dan China) dan industri otomotif.Walaupun relatif kecil, harga karet sintetik juga cenderung fluktuatif sepertikaret alam. Sebelum tahun 1990 fluktuasi harga karet sintetikdisebabkan oleh kenaikan biaya produksi dan inflasi, setelah tahun 1990fluktuasi harga karet sintetik lebih banyak dipengaruhi oleh perubahan hargaminyak mentah. Isu utama yang berhubungan dengan industri karet sintetikadalah harga minyak mentah, dan dampaknya terhadap harga dan permintaankaret sintetik. Menurut IRSG (2004b), apabila terjadi kenaikan atau penurunanharga minyak mentah maka dampaknya terhadap industri hilir pada pasarpetrokimia, dalam hal ini adalah pasar butadiene dan stryrene, dan dampaktersebut baru terlihat 2-3 bulan kemudian.
Akan tetapi pada tahun-tahun lainnya harga karet alam didiskon lebih rendah daripada harga SBR sebagai refleksi tekanan yang dialami oleh kondisi pasar karet alam. Perbedaan harga antara karet alam dengan karet sintetik menjadi faktor kunci yang mempengaruhi substitusi antara keduanya, disamping besarnya tingkat cadangan yang tersedia. Menurut Honggokusumo, cadangan yang dipunyai pabrik ban (afloat stock) dan kualitas ban akan mempunyai peran yang besar pada keputusan perusahaan apakah memakai lebih besar karet alam atau karet sintetik (IRSG, 2004b). Menurut Budiman (2004), permintaan karet sintetik akan terus tumbuh didorong oleh perkembangan industri automotif dan ban di China. Karet sintetik yang dominan digunakan oleh industri ban adalah SBR dan BR. Seperti halnya karet alam, secara ekonomi karet sintetik adalah derived demand dari permintaan ban, dimana dari sisi pasokan diturunkan dari monomernya atau cadangan dari styrene dan butadiene. Lebih lanjut dikatakan, secara ekonomi permintaan karet alam dan sintetik ditentukan oleh kondisi sekarang dan perkembangan ke depan dari industri otomotif. Dengan perkembangan ekonomi
yang pesat dan peningkatan standar kehidupan dari negara-negara yang padat penduduknya, maka permintaan semua jenis ban akan meningkat di masa yang akan datang.
Sejak pertengahan tahun 2002 harga karet mencapai harga US$ 1.00/kg, dan sampai sekarang ini telah mencapai US$ 2.20/kg untuk harga SIR 20 di SICOM Singapura. Diperkirakan harga akan stabil sekitar US$ 2.00 pada tahun 2007 dan pada jangka panjang sampai 2020, dikarenakan permintaan yang terus meningkat terutama dari China, India, Brazil, Rusia dan negara-negara yang mempunyai pertumbuhan ekonomi yang tinggi di Asia-Pasifik.
PROSPEK AGRIBISNIS KARET DI INDONESIA
Harga karet alam yang membaik saat ini harus dijadikan momentum yang mampu mendorong percepatan pembenahan dan peremajaan karet yang kurang produktif dengan menggunakan klon-klon unggul dan perbaikan teknologi budidaya lainnya. Pemerintah telah menetapkan sasaran pengembangan produksi karet alam Indonesia sebesar 3 - 4 juta ton/tahun pada tahun 2025.
Sasaran produksi tersebut hanya dapat dicapai apabila areal kebun karet(rakyat) yang saat ini kurang produktif berhasil diremajakan denganmenggunakan klon karet unggul secara berkesinambungan.

a. Investasi dan Anilisis Finansial Usaha Perkebunan Karet
Tanaman karet memerlukan waktu 5-6 tahun untuk dapat disadap, oleh karena itu pembangunan perkebunan karet memerlukan investasi jangka panjang dengan masa tenggang 5-6 tahun. Biaya investasi dan pemeliharaan TBM dan TM dapat dilihat pada Tabel 4 berikut:

Tabel 4. Biaya Investasi Karet dan Pemeliharaan TBM dan TM (1 ha).

Uraian
Biaya(Rp/ha)
1.  Biaya sertifikasi lahan
400.000
2.  Pembukaan lahan dan penanaman
7.449.888
3. Pemeliharaan TBM (th 1-5)
12.664.125
TOTAL BIAYA INVESTASI (TBM) 20.514.013

20.514.013
4. Biaya Pemeliharaan TM: per tahun
     Umur 6 - 15 tahun
     Umur 16 - 25 tahun
     Umur 26 - 28 tahun
     Umur 29 - 30 tahun

4.347.500
3.774.500
3.349.000
2.305.750

Dengan asumsi tingkat produksi rata-rata 1.576 kg karet kering/ha/tahun, harga FOB SIR 20 : US $ 1,70/kg dan kurs: Rp 9.000/US $ (awal tahun 2006) dan harga di tingkat petani 80% FOB, dilakukan perhitungan kelayakan finansial usaha perkebunan karet diukur dengan tingkat Internal Rate of Return (IRR), Net Present Value (NPV) dan B/C ratio. Bila IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang diberlakukan yaitu 18%, maka usaha perkebunan karet layak secara finansial. Bila NPV lebih besar dari nol (positif) maka usaha adalah layak, pada discount rate yang ditentukan yaitu sebesar 18%. Perhitungan nilai IRR dan NPV berdasarkan pada arus kas selama 30 tahun dengan asumsi biaya tetap, namun harga jual menggunakan 3 skenario yaitu: harga naik 20%, harga saat ini dan harga turun 10%, adalah seperti yang tertera di Tabel 5. Tabel 5 menunjukkan bahwa proyek pada tingkat bunga 18% usaha perkebunan karet masih layak, demikian juga pada saat harga karet turun 20%, nilai NPV masih positif dan IRR lebih dari 18%. Apabila ada skim kredit yang tingkat bunganya lebih rendah (14%), maka tingkat kelayakan usaha akan semakin tinggi.







Tabel 5. Hasil Analisa Finansial Pembangunan Kebun Karet (1 ha).

Skenario(bunga= 18%)
NPV(juta Rp)
IRR (%)
B/C rasio
Harga jual karet naik 20%
26.6
34.5
1.30
Harga jual saat ini (awal tahun 2006)
19.2
31.5
1.17
Harga jual karet turun 10%
11.7
27.4
1.05
Skenario ( bunga = 14%)

NPV(juta Rp)
IRR (%)
B/C rasio
Harga jual karet naik 20%
47.6
34.5
1.33
Harga jual saat ini (awal tahun 2006)
35.8
31.5
1.20
Harga jual karet turun 10%
24.0
27.4
1.07

b. Pengembangan Agribisnis Karet di Indonesia
Dengan kondisi harga karet sekarang ini yang cukup tinggi, maka momen tersebut perlu dimanfaatkan dengan melakukan percepatan peremajaan karet rakyat dengan menggunakan klon-klon unggul, mengembangkan industri hilir untuk meningkatkan nilai tambah, dan meningkatkan pendapatan petani. Strategi di tingkat on-farm yang diperlukan adalah :
Ø  penggunaan klon unggul dengan produktivitas tinggi (2-3 ton/ha/th).
Ø  percepatan peremajaan karet tua seluas 400 ribu ha sampai dengan tahun 2009 dan 1,2 juta ha sampai dengan 2025.
Ø  diversifikasi usahatani karet dengan tanaman pangan sebagai tanaman sela dan ternak, dan
Ø  peningkatan efisiensi usahatani. Sedangkan di tingkat off-farm adalah :
·         peningkatan kualitas bokar berdasarkan SNI.
·         peningkatan efisiensi pemasaran untuk meningkatkan marjin harga petani.
·         penyediaan kredit untuk peremajaan, pengolahan dan pemasaran bersama.
·         pengembangan infrastruktur.
·         peningkatan nilai tambah melalui pengembangan industri hilir.
·         peningkatan pendapatan petani melalui perbaikan sistem pemasaran.

inflasi


Pengertian inflasi
Inflasi adalah kecenderungan dari harga–harga untuk menaik secara umum dan terus menerus. Kata “kecenderungan” dalam definisi inflasi perlu digaris bawahi, kalau seandainya harga–harga dari sebagaian besar barang diatur atau ditentukan oleh pemerintah, maka harga–harga yang dicatatoleh biro statistik mungkin tidak menunjukan kenaikan apapun. Tetapi mungkin dalam realita ada kecenderungan bagi harga–harga untuk terus menaik. Misalnya, adanya harga–harga bebas  atau harga-harga tidak resmi yang lebih tinggi dari harga-harga resmi yang cenderung menaik. Hal ini masalah inflasi sebetulnya ada. Tetapi tidak diperkenankan untuk menunujukan dirinya. Keadaan seperti ini disebut “suppressed inflation” atau inflasi yang ditutupi, yang ada pada suatu saat akan timbul dan menunujukan dirinya karena harga-harga resmi makin tidak relevan bagi kenyataan.
            Maslah inflasi ini terus menerus mendapat perhatian pemerintah. Tujuan jangka panjang pemerintah adalah menjaga agar tingkat inflasi yang berlaku berada pada tingkat yang sangat rendah. Tingkat inflasi nol persen bukanlah tujuan kebijakan pemerintah karena sangat sulit untuk dicapai. Yang paling penting adalah diusahakan untuk menjaga agaar tingkat inflasi tetap rendah.
Adakalanya tingkat inflas meningkat dengan tiba-tiba atau wujud sebagai akibat suatu peristiwa tertentu yang berlaku diluar ekspetasi pemerintah. Contohnya eek dari pengurangan nilai uang yang sangat besar atau ketidakstabilan politik. Untuk menghadapi masalah inflasi yang cepat pemerintah akan menyusun langkah untuk menstabilkan harga-harga kembali.
JENIS-JENIS INFLASI
1.      Inflasi tarikan permintaan
2.      Inflasi desakan biaya
3.      Inflasi diimpor
Inflasi Tarikan Permintaan
Inflasi ini biasanya terjadi pada saat perekonomian berkembang dengan pesat. Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan tingkat pendapatan yang tinggi dan selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomi mengeluarkan barang dan jasa. Pengeluaran yang berlebihan ini akan menimbulkan inflasi. (GAMBAR KURVA)
Kurva AS adalah penawaran agregat dalam ekonomi, sedangkan AD1, AD2, AD3 adalah permintaan agregat. Kenaikan permintaan agregat disebabakan oleh perkembangan ekonomi yang sangat pesat. Akibatnya pendapatan nasional mencapai tingkat kesempatan kerja penuh dan tingkat harga naik yang berarti inflasi telah terwujud. Untuk memenuhi permintaan yang semakin bertambah, perusahaan akan menambah produksinya dan menyebabkan pendapatan nasional rill meningkat. Kenaikan produksi nasional melebihi kesempatan kerja penuh akan menyebabkan kenaikan harga yang lebih cepat.
Inflasi Desakan Biaya
Inflasi ini berlaku dalam masa perekonomian berkembang dengan pesat ketika tingkat pengangguran sangat rendah. Apabila perusahaan-perusahaan masih menghadapi permintaan yang berlebih, maka akan menaikan produksi dengan cara memberikan gaji dan upah yang lebih tinggi dan mencari pekerja baru dengan tawaran pembayaran yang tinggi. Hal ini menyebabkan biaya produksi meningkat dan berbagai harga barang naik. (GAMBAR KURVA)
Kurva AS1, AS2, AS3 adalah kurva penawaran agregat, sedangkan kurva AD adalah permintaan agregat, Y1, yaitu pendapatan nasional pada kesempatan kerja penuh, dan tingkat harga adalah D1. Kenaikan upah akan menaikan biaya dan kenaikan biaya sehingga memindahkan fungsi penawaran agregat keatas, akan menyebabkan tingkat harga tinggi, harga barang yang tinggi akan mendorong para pekerja menuntut kenaikan upah lagi maka biaya produksi akan semakin tinggi. Akibat dari kenaikan upah tersebut kegiatan ekonomi akan menurun dibawah tingkat kesempatan kerja penuh. Sebaliknya jika kenaikan upah tidak menyebabkan kenaikan dalam permintaan agregat, maka kenaikan harga akan menjadi semakin cepat dan kesempatan kerja tidak mengalami penurunan, sehingga kesempatan kerja penuh tetap tercapai tetapi tingkat harga lebih tinggi.
Inflasi Diimpor
 Inflasi dapat juga bersumber dari kenaikan harga barang yang diimpor. Inflasi ini akan berwujud apabila barang-barang impor yang mengalami kenaikan harga mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan pengeluaran perusahaan-perusahaan. Akibat dari kenaikan harga barang impor bagi perekonomian negara menyebabkan masalah stagflasi, yaitu istilah yang bersumber dari kata “stagnation” dan “inflation” yang berarti inflasi ketika pengangguran adalah tinggi, di berbagai negara. Stagflasi juga di akibatkan oleh kemerosotan nilai mata uang sehingga menye babkan ketidakstabilan politik suatu negara. Wujud stagflasi dapat digambarkan secara grafik (GAMBAR GRAFIK)
Permintaan agregat dalam ekonomi adalah AD, sedangkan pada mulanya adalah AS1, Yf menunjukkan pendapatan pada kesempatan kerja penuh maka pengangguran adalah tinggi. Pendapatan menurun dari Y1 kepada Y2 sedangkan harga naik P1 menjadi P2. Dengan demikian stagflasi menggambarkan keadaan dimana kegiatan ekonomi semakin menurun, pengangguran semakin tinggi dan pada waktu yang sama proses kenaikan harga-harga semakin bertambah cepat.
Definisi inflasi merayap dan hiperinflasi
Inflasi merayap adalah proses kenaikan harga-harga yang lambat jalannya. Yang digolongkan kepada inflasi ini adalah kenaikan harga-harga yang tingkatnya tidak melebihi dua atau tiga persen setahun. Contoh negara yang dapat digolongkan pada inflasi ini adalah malaysia dan singapura. 
Hiperinflasi adalah proses kenaikan harga-harga yang sangat cepat, yang menyebabkan tingkat harga menjadi dua atau beberapa kali dalam masa yang singkat. Contohnya di indonesia, pada tahun 1965 tingkat inflasi adlah 500 persen dan pada tahun 1966 ia telah mencapai 650 ppersen. Ini berarti tingkat harga-harga naik 5 kali lipat pada tahun 1965 dan 6,5 kali lipat pada tahun 1966.   

PENYEBAB TIMBULNYA INFLASI
Untuk mengetahui sebab timbulnya inflasi, merumuskan dan melaksanakan kebijaksanaan untuk menanggulanginya adalah masalah yang sulit. Biasanya kita harus melampaui batas-batas ilmu ekonomi dan memasuki bidang ilmu sosiologi serta ilmu politik. Ilmu ekonomi membantu untuk mengidentifikasi sebab-sebab obyektif dari inflasi, misalnya karena pemerintah mencetak uang terlalu banyak. Kalau ditanya mengapa pemerintah mencetak uang terlalu banyak, meskipun mereka tahu bahwa tindakan tersebut mengakibatkan inflasi, maka seringkali jawabannya ada di bidang sosial politik, misalnya karena pemerintah membutuhkan uang untuk operasi keamanan, atau karena ada pertarungan politik di dalam negeri, atau pemerintah tidak mampu menghadapi tuntutan politik dari golongan masyarakat tertentu. Untuk menghentikan pertambahan uang yang terus bertambah, maka perlu dicapai penyelesaian politik terlebih dulu.
Secara garis besar ada 3 kelompok teori mengenai inflasi , yaitu teori kuantitas, teori Keynes dan teori strukturalis.
Teori Kuantitas
Teori ini adalah teori mengenai inflasi yang paling tua yang menyoroti peranan dalam proses inflasi dari (a) jumlah uang yang beredar, dan (b) harapan masyarakat mengenai kenaikan harga-harga. Inti dari teori ini adalah sebagai berikut :
(a)    Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang yang beredar. Tanpa ada kenaikan uang yang beredar, misalnya kegagalan panen, hanya akan menaikkan harga untuk sementara waktu saja. Bila jumlah uang tidak ditambah, inflasi akan berhenti dengan sendirinya, apapun sebab awal dari kenaikan harga tersebut.
(b)   Laju inflasi ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang yang beredar dan oleh harapan masyarakat mengenai kenaikan harga-harga di masa mendatang.
Teori Keynes
Menurut teori ini, Proses inflasi adalah proses perebutan bagian rezeki di antara kelompok-kelompok sosial yang menginginkan bagian yang lebih besar daripada yang bisa disediakan oleh masyarakat tersebut. Inflasi terjadi karena suatu maayarakat ingin hidup di luar batas kemampuan ekonominya.



Teori Strukturalis
Teori ini didasarkan atas pengalaman di negara-negara Amerika Latin. Teori ini memberi tekanan pada ketegaran (infleksibilitas) dari stuktur perekonomian negara – negara sedang berkembang. Karena inflasi dikaitkan dengan faktor – faktor struktural dari perekonomian ( yang menurut definisi, faktor – faktor ini hanya bisa berubah secara gradual dan dalam jangka panjang), maka teori ini bisa juga disebut dengan teori inflasi jangka panjang.
Mengenai teori struktural ini ada 3 hal yang perlu ditekankan yaitu :
Ø  Teori ini menerapkan proses inflasi jangka panjang di negara – negara yang sedang berkembang.
Ø  Dibalik ceritera inflasi pada strukturalis ini asumsi (yang tidak disebutkan secara ekplisit) bahwa jumlah uang yang beredar bertambah dan secara pasif mengikuti dan menampung kenaikan harag – harga tersebut.
Ø  Tidak jarang faktor – faktor struktural yang dikatakan sebagai sebab yang paling dasar dari proses inflasi tersebut bukan 100% struktural, sering dijumpai bahwa ketegaran tersebut disebabkan oleh kebijakan harga dan moneter pemerintah sendiri.

teori teori ekonomi


Teori Nilai Guna (utility) Kardinal

Tinjauan pustaka
Pendekatan teori tingkah laku konsumen dibagi menjadi dua yaitu teori nilai guna kardinal dan ordinal. Nilai guna (utility) kardinal adalah teori nilai guna yang subyektif. Teori nilai guna kardinal juga dapat dinyatakan secara kuantitatif, dimana konsumen akan memaksimalkan konsumsi atas barang yang dimilikinya. Konsumen akan menggunakan barng atau jasa semaksimum mungkin.
( Iskandar Putong, 2002)
  Total utility merupakan  suatu kepuasan total yang dinikmati atau diperoleh konsumen dalam mengkonsumsi menggunakan sejumlah barang atau jasa tertentu secara keseluruhan.
(Hardian Wijaya, 2001)
Pengguna atau konsumen selalu membuat pilihan- pilihan yang akan memberi mereka kepuasan yang paling besar. Mereka selalu berusaha untuk memaksimumkan nilai guna atau kepuasan secara keseluruhan dari suatu barang yang digunakannya.
(Hermann Heinrich Gossen,2002)
Daya guna suatu barang diukur dengan satuan barang atau utily, serta tinggi rendahnya nilai atau daya guna tersebut tegantung pada subyek atau pihak yang menilai. Semakin berguna suatu barang bagi seseorang maka akan semakin diminati. Sebaliknya, semakin rendah kegunaan suatu barang maka barang itu idak akan dinikmati oleh banyak orang.
(Joesron dan Fathurrozi, 2003)


Pembahasan
Teori perilaku konsumen yaitu teori yang menjelaskan tindakan konsumen dalam mengkonsumsi barang-barang,dengan pendapatan tertentu dan harga barang tertentu pula sedemikian rupa agar konsumen mencapai tujuannya.Tujuan konsumen untuk memperoleh manfaat atau kepuasan sebesar-besarnya dari barang-barang yang dikonsumsi (maximum satisfaction). Dan,teori ekonomi menganggap bahwa maximum satisfaction itu adalah tujuan akhir konsumen.
Teori ekonomi kepuasan atau kenikmatan yang diperoleh seorang dari mengkonsumsikan barang-barang dinamakan nilai guna atau untiliti.Kalau kepuasan itu semakin tinggi maka semakin tinggi nilai guna atau utilitinya terhadap konsumen.
Pendekatan ini dipopulerkan oleh ekonom beraliran subyektif seperti Gossen, Jevons dan Walras. Menurut pendekatan ini :
Ø  daya guna suatu barang diukur dengan satuan barang atau util, serta tinggi rendahnya nilai atau daya guna tersebut tegantung pada subyek atau pihak yang menilai,
Ø  semakin berguna suatu barang bagi seseorang maka akan semakin diminati.
Teori nilai guna(utility) kardinal pendekatannya antara lain, yang pertama adalah teori bersifat subyektif,dianggap manfaat yang diperoleh konsumen dapat dinyatakan secara kuantitatif dimana keseimbangan konsumen dalam memaksimumkan kepuasan atas konsumsi berbagai macam barang, dilihat dari seberapa besar uang yang digunakan untuk mendapatkan suatu barang. Besar kecilnya kepuasan yang diperoleh konsumen tergantung pada jenis barang dan jumlah barang,atau jasa yang dikosumsi.
Total utility adalah additive dan independen. Additive berarti daya guna sekumpulan barang adalah fungsi kuantitas dari masing-masing barang yang dikonsumsi. Independen berarti daya guna suatu barang tertentu tidak dipengaruhi oleh tindakan mengkonsumsi barang lain.
Pendekatan nilai guna (Untility) Kardinal atau sering disebut dengan teori nilai subyektif, yaitu dianggap manfaat atau kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dapat dinyatakan secara kuantitif / dapat diukur, dimana keseimbangan konsumen dalam memaksimumkan kepuasan atas konsumsi berbagai macam barang, dilihat dari seberapa besar uang yang dikeluarkan untuk membeli unit tambahan dari berbagai jenis barang akan memberikan nilai guna marginal yang sama besarnya. Oleh karena itu keseimbangan konsumen dapat dicari dengan pendekatan kuantitatif.
Para ahli ekonomi mempercayai bahwa utility merupakan ukuran kebahagian. Utility dianggap bahwa ukuran kemampauan barang / jasa untuk memuaskan kebutuhan. Besar kecilnya utility yang dicapai konsumen tergantung dari jenis barangdan jumlah barang atau jasa yang dikonsumsi.
Nilai guna (uility) dilakukan untuk mendapatkan suatu kepuasan terhadap suatu barang yang dikonsumsi, terhadap suatu barang yang dipakai atau digunakan oleh seorang konsumen. Setiap konsumen akan menggunakan barang atau jasa semaksimal mungkin. Supaya setiap barang memiliki nilai guna (utility) bagi konsumen dan konsumen akan memiliki kepuasan tersendiri dengan menggunakan barang tersebut.
Teori ekonomi kepuasan atau kenikmatan yang diperoleh seorang dari mengkonsumsikan barang-barang dinamakan nilai guna atau untiliti. Kalau kepuasan itu semakin tinggi maka semakin tinggi nilai guna atau untilitinya. Nilai guna dibedakan diantara dua pengertian:Nilai guna kardinal ada dua yaitu
1.Total utility
Adalah keseluruhan nilai guna (kepuasan) yang diperoleh seseorang sebagai akibat mengkonsumsi barang X.

2. Marginal utility
Adalah tambahan kepuasan yang diperoleh seseorang sebagai akibat dari menambah satu unit barang untuk memenuhi kepuasannya.
Daftar Pustaka
Ø  Rahardja, pratama (2004), Pengantar Ilmu Ekonomi, penerbit fakultas ekonomi universitas indonesia, Jakarta.
Ø  Putong iskandar (2002), Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro dan Makro, penerbit ghalia indonesia, Jakarta.
Ø  Joesron, Tati Suharti, Fathorrozi (2003), Teori Ekonomi Mikro , Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

 Teori nilai guna (utility) ordinal

Tinjauan pustaka
Menurut pendekatan teori nilai guna ordinal ini, daya guna suatu barang tidak perlu diukur, cukup untuk diketahui dan konsumen mampu untuk membuat rangking daya guna yang diperoleh dengan mengkonsumsi sekelompok barang. Dalam analisisnya pendekatan ordinal ini menggunakan metode-metode indefference curve, budget line, price consumption, kurva Angel, income and substitution effect, elasticity, inferior and giffent goods.
(Joesron dan Fathurrozi, 2003:

Penilaian secara teori nilai guna(utility) ordinal dinilai cukup mewakili watak ekonomi masyarakat Indonesia yang dalam hal ini masyarakat kelas menengah kebawah dengan penghasilan ekonomi yang hanya cukup untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan menge-nyampingkan kebutuhan sekunder. Dengan cara kepentingan primernya dipenuhi terlebih dahulu.
(Siswono, Budi Harjo, 2003)

Konsumen atau pengguna cukup mengetahui barang atau jasa yang disediakan dan secara tidak langsung konsumen dapat mengukur dan memberi penilaian terhadap barang atau jasa yang akan dikonsumsinya.
(Hardian Wijaya, 2008)
Pembahasan

Teori nilai guna merupakan teori dalam ilmu ekonomi yang membahas tentang kepuasan konsumen terhadap suatu barang atau jasa. Teori ini dapat dibagi menjadi dua yaitu teori nilai guna kardinal dan nilai guna ordinal. Dalam pembahasan kali ini akan membahas tentang nilai guna (utility) ordinal.
Pendekatan nilai guna(utility) ordinal yang sering juga disebut analisis Kurva indeference, manfaat yang diperoleh masyarakat dari mengkonsumsikan barang-barang tidak kuantitif atau tidak dapat diukur .
Pendekatan ini muncul karena adanya keterbatasan - keterbatasan yang ada pada pendekatan kardinal, meskipun bukan berarti pendekatan kardinal tidak memiliki kelebihan. Menjelaskan tindakan konsumen dalam mengkonsumsi barang-barang yang harganya tertentu dengan pendapatan konsumen yang tertentu pula agar konsumen mencapai tujuannya (maximum utility) .
Pendekatan ini diperkenalkan oleh J.Hicks dan R.J Allen. Menurut pendekatan ini, daya guna suatu barang tidak perlu diukur cukup untuk diketahui dan konsumen mampu untuk membuat rangking daya guna yang diperoleh dengan mengkonsumsi sekelompok barang. Dalam analisisnya pendekatan ordinal ini menggunakan beberapa metode. Metode yang niasanya digunakan antara lain :
·         indefference curve.
·         budget line.
·         price consumption.
·         kurva Angel.
Analisis nilai guna ordinal besarnya utility dapat dinyatakan dalam bilangan atau  angka. Analisis ordinal menggunakan analisis indifferent curve atau kurva kepuasan sama. Kegunaan dari teori nilai guna ordinal tidak dapat dihitung dan hanya dapat dibandingkan. Teori ini menggunakan kurve indeferen dan budget line.
Konsumen di dalam mengkonsumsi barang-barang untuk mencapai tingkat kepuasan yang maksimum dibatasi oleh jumlah penghasilan konsumen yang bersangkutan. Dengan demikian persoalan yang dihadapi konsumen adalah menentukan berapa banyak masing-masing barang harus dikonsumsi atau dibeli dengan penghasilannya, sehingga diperoleh tingkat kepuasan yang maksimum. Untuk analisis ini tidak cukup hanya dengan kurve kepuasan sama. Namun, perlu diketahui garis anggaran pengeluaran konsumen. Garis anggaran pengeluaran adalah tempat kedudukan titik-titik kombinasi barang-barang yang dapat dibeli dengan sejumlah penghasilan tertentu.
Indeferent curve merupakan suatu kurva tentang kesamaan kepuasan, merupakan kurva yang memberikan kombinasi yang memberikan kepuasan yang sama. Sedangkan budget line dalam nilai guna (utility) ordinal merupakan garis tentng suatu anggaran. Batasan (constrain) merupakan kemampuan konsumen. Jika konsumen ingin menggunakan semua anggaran yang tesedia harus sama dengan uang yang digunakan.  
Pendekatan nilai guna ordinal atau sering juga disebut analisis Kurva Indeference, yaitu manfaat yang diperoleh masyarakat dari mengkonsumsikan barang-barang tidak kuantitif atau tidak dapat diukur. Pendekatan ini muncul karena adanya keterbatasan - keterbatasan yang ada pada pendekatan kardinal, meskipun bukan berarti pendekatan kardinal tidak memiliki kelebihan. Menjelaskan tindakan konsumen dalam mengkonsumsi barang-barang yang harganya tertentu dengan pendapatan konsumen yang tertentu pula agar konsumen mencapai tujuannya (maximum utility) .
Pendekatan marginal utility, dinilai mempunyai kelemahan, karena menganggap nilai utiliti/kepuasan dapat diukur dengan angka-angka. Kepuasan adalah sesuatu yang tidak mudah diukur sehingga tidak mungkin diukur dengan angka. Untuk menghindari kelemahan itu Sir John R. Hicks mengembangkan pendekatan baru, yang dikenal dengan pendekatan kurve kepuasan sama (Indifference Curve).
Dalam pendekatan ini digunakan anggapan:
  • konsumen mempunyai pola preferensi terhadap barang-barang konsumsi (misalnya barang X dan Y) yang bisa dinyatakan dalam bentuk peta kurve kepuasan sama ( Indifference Curve Map) atau kumpulan dari kurve kepuasan sama;
  • konsumen mempunyai jumlah uang tertentu (= pendapatan tertentu) ; dan
  • konsumen selalu berusaha mencapai kepuasan maksimum.

Kurve kepuasan sama adalah tempat kedudukan titik-titik kombinasi dua jenis barang yang dikonsumsi yang memberikan tingkat kepuasan yang sama kepada konsumen. Oleh karena itu untuk menggambarkan kurve kepuasan sama perlu dianggap bahwa seorang konsumen hanya mengkonsumsi dua jenis barang. Sebagai contoh, seorang konsumen dalam rangka memaksimumkan kepuasannya, membeli atau mengkonsumsi bahan makanan dan pakaian, dengan berbagai kombinasi
Daftar pustaka
·         Iskandar, putong (2002), Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro dan Makro, penerbit ghalia indonesia, Jakarta.
·         Hartono, Jogiyanto (2002), Teori Ekonomi Mikro, Analisis matematis, Penerbit Andi, Yogyakarta.
·         Joesron, Tati Suharti, Fathorrozi (2003), Teori Ekonomi Mikro , Penerbit Salemba empat, Jakarta.
·         Rahardja, pratama (2004), Pengantar Ilmu Ekonomi, penerbit fakultas ekonomi universitas indonesia, Jakarta.

 Teori produksi
Pembahasan
Produksi  merupakan Suatu kegiatan memproses input (faktor produksi) menjadi suatu output. Produsen dalam melakukan kegiatan produksi, mempunyai landasan teknis, yang didalam teori ekonomi disebut “fungsi produksi”.
Dalam teori ekonomi, setiap proses produksi mempunyai landasan teknis yang disebut fungsi produksi. Fungsi produksi adalah suatu fungsi atau persamaan yang menunjukkan hubungan fisik atau teknis antara jumlah faktor-faktor produksi yang dipergunakan dengan jumlah produk yang dihasilkan per satuan waktu, tanpa memperhatikan harga-harga, baik harga faktor-faktor produksi maupun harga produk. Secara matematis fungsi produksi tersebut dapat dinyatakan:
Y = f (X1, X2, X3, ……….., Xn) ; dimana :
 Y = tingkat produksi (output) yang dihasilkan dan
 X= X1, X2, X3, ……, Xn adalah berbagai faktor produksi (input) yang digunakan. Fungsi ini masih bersifat umum, hanya bisa menjelaskan bahwa produk yang dihasilkan tergantung dari faktor-faktor produksi yang dipergunakan, tetapi belum bisa memberikan penjelasan kuantitatif mengenai hubungan antara produk dan faktor-faktor produksi tersebut.
Seorang produsen atau pengusaha dalam melakukan proses produksi untuk mencapai tujuannya harus menentukan dua macam keputusan:
Ø  berapa output yang harus diproduksikan, dan
Ø  berapa dan dalam kombinasi bagaimana faktor-faktor produksi (input)
Ø  dipergunakan.
Keuntungan yang maksimum dicapai apabila perbedaan antara hasil penjualan dan biaya rpoduksi mencapai tingkat yang paling besar. Masalah pokok yang harus dipecahkan produsen adalah :
Ø  Komposisi faktor produksi yang bagaimana perlu digunakan untuk mencapai tingkat produksi yang tinggi. Sehingga perlu memperhatikan fungsi produksi, Teori Organisasi yaitu hubungan antara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakannya.
Ø  Komposisi faktor produksi yang bagaimana meminimumkan biaya produksi yang dikeluarkan untuk mencapai satu tingkat produksi tertentu. Produsen perlu memperhatikan  :
·   Besarnya pembayaran kepada faktor produksi tambahan yang akan digunakan.
·   Besarnya pertambahan hasil penjualan yang diwujudkan oleh faktor produksi yang ditambah tersebut.
Faktor-faktor produksi yang tersedia dalam perekonomian akan menentukan sampai dimana suatu negara dapat menghasilkan barang dan jasa. Faktor produksi yang tersedia dalam perekonomian dibedakan dalam 4 jenis, yaitu :
·        Tanah dan Sumber Alam.
·        Tenaga kerja.
·        Modal.
·        Keahlian Keusahawanan (pengelolaan).

Dua faktor produksi yang dianggap variabel atau dapat diubah jumlahnya adalah tenaga kerja (L) dan modal (K). Dalam teori produksi diasumsikan juga, bahwa antara tenaga kerja dan modal dapat dipertukarkan penggunaannya satu sama lain. Modal dapat menggantikan tenaga kerja oleh tenaga kerja dapat menggantikan modal.
Jika upah tenaga kerja dan pembayaran per unit terhadap penggunaan modal diketahui, maka bagaimana caranya perusahaan meminimumkan  biaya dalam usahanya untuk menghasilkan output pada suatu tingkat tertentu dapat diketahui. Disamping itu, dengan sejumlah biaya tertentu bagaimana caranya perusahaan memaksimalkan output juga dilaksanakan. Sedangkan alat analisis yang digunakan untuk memenuhi maksud tersebut adalah dengan menggunakan “kurva isokuan” dan “garis isokos”.
       Isoquant menunjukkan kombinasi antara dua macam barang input yang berbeda yang menghasilkan output yang sama. Ciri – ciri isoquant diantaranya adlah sebagai berikut :

§  Mempunyai kemiringan negatif.
§  Semakin kekanan kedudukan isoquant menunjukkan semakin tinggi jumlah outputnya.
§  Isoquant tidak pernah berpotongan dengan isoquant yang lainnya.
§  Isoquant cembung ke titik origin.
Sedangkan isocost menunjukkan semua kombinasi dua macam barang input yang dibeli perusahaan dengan pengeluaran total dan harga faktor produksi tertentu.
Bentuk organisasi dalam perusahaan:
Ø  Perusahaan perorangan
Ø  Firma
Ø  Perseroan terbatas
Ø  Perusahaan negara
Ø  Koperasi
Beberapa pengertian penting dalam teori produksi adlah sebagai berikut:
ü  Produk total (total product) yaitu keseluruhan output yang dihasilkan dari hasil penggunaan sejumlah faktor produksi tertentu.
ü  Produk rata-rata (average product) yaitu produksi yang dihasilkan oleh satu orang tenaga kerja atau input variabel (AP = TP / L)
ü  Produk marginal (marginal product) yaitu tambahan produk yang diakibatkan oleh bertambahnya seorang tenaga kerja, dan sebaliknya (∆TP /∆L ) 

Teori produksi yang sederhana menggambarkan hubungan antara tingkat output yang dihasilkan dengan jumlah tenaga kerja (labor) yang digunakan untuk menghasilkan output tersebut. Dalam analisis produksi dengan satu input variabel diasumsikan bahwa semua faktor produksi selain tenaga kerja (L) dianggap tetap. Sehingga fungsi produksi dengan satu input variabel :
Q = f (L).
Fungsi Produksi dengan Satu Input Variabel Tunduk pada “Law of Diminishing Return” yang menyatakan : bila satu macam input (labor) penggunaannya terus ditambah sebanyak satu unit, sedangkan input-input yang lain konstan, pada mulanya produksi total akan semakin banyak pertambahannya. Tetapi sesudah mencapai suatu tingkat tertentu produksi tambahan tersebut semakin menurun dan akhirnya mencapai nilai negatif. Keadaan ini akan menyebabkan produksi total semakin lambat pertambahannya, akhirnya ia mencapai tingkat maksimum dan kemudian menurun.
Dalam menganalisis bagaimana perusahaan melakukan kegiatan produksi, teori ekonomi membedakan jangka waktu analisis kepada dua jangka waktu : jangka pendek dan jangka panjang. Jangka pendek apabila sebagian dari faktor produksi dianggap tetap jumlahnya. Didalam masa tersebut perusahaan tidak dapat menambah jumlah faktor modal seperti mesin-mesin dan peralatannya, alat-alat memproduksi lainnya, dan bangunan perusahaan. Dalam jangka panjang semua faktor produksi dapat mengalami perubahan, ini berarti bahwa dalam jangka panjang setiap faktor produksi dapat ditambah jumlahnya kalau memang hal tersebut diperlukan.Didalam jangka panjang perusahaan dapat menyesuaikan dengan perubahan-perubahan yang berlaku di pasar. Jumlah alat-alat produksi dapat ditambah, penggunaan mesin-mesin dapat dirombak dan dipertinggi efisiensinya, jenis-jenis barang dapat diproduksi, dan teknologi produksi ditingkatkan.
Tahap tahap dalam teori produksi:
ü  Tahap I menunjukkan tenaga kerja yang masih sedikit, apabila ditambah akan meningkatkan total produksi, produksi rata-rata dan produksi marginal.
ü  Tahap II Produksi total terus meningkat sampai produksi optimum sedang produksi rata-rata menurun dan produksi marginal menurun sampai titik nol.
ü  Tahap III Penambahan tenaga kerja menurunkan total produksi, dan produksi rata-rata, sedangkan produksi marginal negatif.

Daftar pustaka
·        Iskandar, putong (2002), Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro dan Makro, penerbit ghalia indonesia, Jakarta.
·        Rahardja, pratama (2004), Pengantar Ilmu Ekonomi, penerbit fakultas ekonomi universitas indonesia, Jakarta.