Kamis, 01 Desember 2011

agroindustri


PENGANTAR AGROINDUSTRI I
Pengembanagan Agroindustri Tanaman Tebu


Disusun oleh :
Nama                           :  ALI WAFA
NIM                            :  105100301111045
Dosen                          :  Dr. Ir. Imam Santoso, MS


Jurusan Teknologi Industri Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Brawijaya
Malang



BAB I

Pendahuluan

1.1  Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang mempunyai iklim tropis. Tingginya kekayaan alam yang dimiliki Indonesia dan dilihat dari keanekaragaman tumbuhan yang ada. Dalam hal ini sektor pertanian Indonesia sangat menjanjikan, dari banyaknya lahan pertanian dengan tanah yang subur dan hasil pertanian yang sangat melimpah. Tetapi dengan hasil banyak itu sering kita ketahui bahwa pengolahan komoditas hasil pertanian sangat minim sehingga tak bisa mendapatkan profit yang maksimal. Salah satunya adalah tanaman tebu (Sacharum officinarum, Linn). Tebu bisa tumbuh di daerah yang beriklim tropis seperti indonesia ini.
Tebu merupakan dari keluarga rumput yang berasal dari Asia Tenggara. Batangnya yang tebal menyimpan sukrose dalam batangnya. Dari cairan ini gula dihasilkan dengan mengeringkan airnya. Gula yang dikristalkan telah dilaporkan semenjak 2500 tahun dahulu di India. Biasanya, tebu yang bengkok adalah kurang manis berbanding tebu yang batangnya lurus. Kebanyakan tebu yang biasa dilihat adalah tebu yang berwarna kuning dan juga tebu yang berwana hitam.
Tebu adalah tanaman yang di tanam untuk bahan baku gula dan vetsin. Tanaman ini bisa di panen ketika berumur kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di jawa dan sumatra. Sebagai contohnya di jawa yaitu di kota kediri, jombang. Disana banyak sekali tanaman tebu.
Sumber gula di indonesia dari masa lampau adalah cairan dari batang tebu. Tebu adalah tanaman asli dari nusantara, terutama di indonesia bagian timur. Sekarang ini harga gula dipasaran sedang mengalami kenaikan harga. Padahal di Indonesia tanaman tebu tergolong tidak langka, petani indonesia masih ada juga yang menanam tanaman ini. Harusnya harga gula dipasaran tidak melonjak tinggi seperti sekarang.
Selain di jadikan gula, Tebu juga bisa digunakan sebagai obat untuk beberapa penyakit, cuntohnya adalah penyakit batuk, sakit panas, dan juga mengurangi debar jantung.
Dengan banyaknya bahan baku berupa tebu di indonesia, harapan dari penelitian ini adalah supaya indonesia dapat bersaing dengan negara – negara penghasil gula. Seperti, Australia, Brazil, dan Thailand. Dan meningkatkan agroindustri indonesia dimata dunia sekarang ini. Dan tebu juga bisa digunakan sebagai tanaman untuk obat penyakit.











1.2  Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah penelitian ini dijabarkan sebagai berikut:
·         Tanaman tebu bisa diproses sebagai bahan baku pembuatan gula, tetapi mengapa harga gula dipasaran sekarang ini melonjak tinggi?
·         Bagaimana proses pembuatan gula dengan bahan dasar dari tebu?
·         Apakah ada manfaat tanaman tebu dibidang  kesehatan



1.3  Tujuan


            Dengan adanya uraian tentang masalah tebu ini, mempunyai bebrapa tujuannya. Diantaranya adalah sebagai berikut :
·         Mengetahui alasannya mengapa harga gula mahal.
·         Mengetaui bagaimana proses pembuatan gula dengan bahan baku tebu.
·         Mengetahui manfaat tebu untuk kesehatan.







BAB II
ISI

2.1 Permasalahan

Gula putih adalah salah satu hasil dari pengolahan batang tumbuhan tebu (Sacharum officinarum). Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan komoditi perdagangan utama. Gula paling banyak diperdagangkan dalam bentuk kristal sukrosa padat. Gula digunakan untuk mengubah rasa menjadi manis dan keadaan makanan atau minuman. Gula sederhana, seperti glukosa (yang diproduksi dari sukrosa dengan enzim atau hidrolisis asam), menyimpan energi yang akan digunakan oleh sel.
Sumber gula di Indonesia sejak masa lampau adalah cairan bunga (nira) kelapa atau enau, serta cairan batang tebu. Tebu adalah tumbuhan asli dari Nusantara, terutama di bagian timur. Ketika orang-orang Belanda mulai membuka koloni di Pulau Jawa kebun-kebun tebu monokultur mulai dibuka oleh tuan-tuan tanah pada abad ke-17, pertama di sekitar Batavia, lalu berkembang ke arah timur.
Puncak kegemilangan perkebunan tebu dicapai pada tahun-tahun awal 1930-an, dengan 179 pabrik pengolahan dan produksi tiga juta ton gula per tahun. Penurunan harga gula akibat krisis ekonomi merontokkan industri ini dan pada akhir dekade hanya tersisa 35 pabrik dengan produksi 500 ribu ton gula per tahun. Situasi agak pulih menjelang Perang Pasifik, dengan 93 pabrik dan prduksi 1,5 juta ton. Setelah Perang Dunia II, tersisa 30 pabrik aktif. Tahun 1950-an menyaksikan aktivitas baru sehingga Indonesia menjadi eksportir.
Dan sekarang ini, indonesia sedang mengalami melonjaknya harga bahan – bahan pokok. Salah satunya adalah naiknya harga gula pasir yang begitu tinggi. Permasalahannya adalah mengapa harga gula melonjak sekarang ini. Padahal masih banyak juga petani – petani indonesia yang masih membudi dayakan tanaman tebu. 
Dan belum mengertinya masyarakat terhadap manfaat tebu sebagai salah satu tanaman yang mempunyai keuntungan untuk obat beberapa penyakit.


2.2  Tinjauan Pustaka
           
            Indonesia kaya akan hutan tropic yang memiliki 20.000 spesies tumbuhan tingkat tinggi, (Jeffrey,1992), Tebu (Saccarum officinarum L) termasuk famili rumput- rumputan. Tanaman ini memerlukan udara panas yaitu 24- 30 ºC dengan perbedaan suhu musiman tidak lebih dari 6 ºC, perbedaan suhu siang dan malam tidak lebih dari 10 ºC. Tanah yang ideal bagi tanaman tebu adalah tanah berhumus dengan pH antara 5,7- 7. Batang tebu mengandung serat dan kulit batang (12,5%) dan nira yang terdiri dari air, gula, mineral dan bahan non gula lainnya (87,5%) (Notojoewono, 1981).
            Sukrosa adalah oligosakarida yang mempunyai peran penting dalam pengolahan bahan makanan dan banyak terdapat dalam tebu. Industri makanan biasanya menggunakan sukrosa dalam bentuk halus dan kasar serta dalam jumlah yang besar atau digunakan dalam bentuk cairan (sirup). Sukrosa yang dilarutkan dalam air dan dipanaskan, sebagian akan terurai menjadi glukosa dan friktosa yang disebut gula invert (Winarno, 2002).
            Sukrosa merupakan disakarida yang tersusun dari dua monosakarida, yaitu glukosa dan fruktosa. Berat molekul sukrosa adalah 342, mengkristal bebes dengan air, berat jenis 1,6 dan titik leleh 160ºC (Martoharsono,1990).
            Gula (sukrosa) terbentuk dari hasil asimilasi antara gas CO2 dan air dengan pertolongan energi matahari (proses fotosintesis). Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

   6CO2 + 6H2O          C6H12O6 + 6O2
hasil reaksinya akan menghasilkan monosakarida berupa D-glukosa dan D-fruktosa. Glukosa dan fruktosa dinamakan sebagai gula reduksi dalam teknologi gula. Sintesa secara biokimia dari monosakarida akan membentuk disakarida yaitu sukrosa (Effendi, 1994).




2.3 Pembahasan
Tebu (Sacharum officinarum) merupakan tanaman dari keluarga rumput – rumputan yang berasal dari Asia Tenggara. Batangnya yang tebal menyimpan sukrose dalam batangnya. Dari cairan ini gula dihasilkan dengan mengeringkan airnya. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatra.
Gula putih adalah salah satu hasil dari pengolahan batang tumbuhan tebu (Sacharum officinarum). Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan komoditi perdagangan utama. Gula paling banyak diperdagangkan dalam bentuk kristal sukrosa padat. Gula digunakan untuk mengubah rasa menjadi manis dan keadaan makanan atau minuman. Gula sederhana, seperti glukosa (yang diproduksi dari sukrosa dengan enzim atau hidrolisis asam), menyimpan energi yang akan digunakan oleh sel.
Alasan mengapa  harga gula sekarang ini melonjak tinggi disebabkan oleh beberapa masalah. Masalah yang cukup menonjol adalah tingkat produktivitas rendah, tenaga kerja langka, dan sebagian besar petani tidak bergairah menanam tebu. Luas areal tebu di lahan sawah beririgasi di Jawa semakin berkurang. Kini areal tebu di lahan sawah tinggal sekitar 40 %, selebihnya telah beralih ke lahan kering.
Umumnya lahan kering merupakan lahan tanaman pangan bagi petani. Kegairahan petani menanam tebu dapat dirangsang dengan memadukan tebu dengan beberapa jenis tanaman semusim lain termasuk tanaman pangan. Dalam bertanam tebu dan tanaman semusim lain secara tumpangsari ada 2 kepentingan. Kepentingan pertama bila pihak pabrik gula menyewa tanah petani, yang penting tanaman sela tidak menurunkan hasil tebu karena jarak antarbaris tetap, walaupun hasilnya rendah tetap menguntungkan, disebut additive series. Kepentingan kedua bila petani menanam tebu di lahannya sendiri, maka hasil tebu boleh turun karena jumlah baris berkurang, asal hasil tanaman sela cukup tinggi, yang penting hasil total tanaman penyusun tinggi.
Manfaat dari tanaman tebu bagi kesehatan manusia adalah dapat menyembuhkan beberapa penyakit diantaranya adalah meredakan jantung berdebar, sakit panas, dan batuk.
Pemanfaatan:
1. Meredakan Jantung Berdebar Bahan:
Menggunakan 3 genggam akar tebu hitam, Cara membuatnya adalah dicuci dan direbus dengan 2 gelas air sampai mendidih hingga tinggal 1 gelas. Diminum 2 kali sehari.
 2. Sakit Panas Bahan:
Ambil tebu hitam secukupnya, Cara membuatnya yaitu diperas untuk diambil airnya kemudian diminum.
3. sakit batuk
 Ambilah 3-5 ruas tebu hitarn, Cara membuatnya yaitu dibakar, kemudian dikupas dan diperas untuk diambil airnya kemudian diminum.
Proses Pembuatan gula dari tebu
Pemanenan
Tanaman tebu dapat tumbuh hingga 3 meter di kawasan yang mendukung dan ketika dewasa hampir seluruh daun-daunnya mengering, namun masih mempunyai beberapa daun hijau. Sebelum panen, jika memungkinkan, seluruh tanaman tebu dibakar untuk menghilangkan daun-daun yang telah kering dan lapisan lilin. Api membakar pada suhu yang cukup tinggi dan berlangsung sangat cepat sehingga tebu dan kandungan gulanya tidak ikut rusak.
Di beberapa wilayah, pembakaran areal tanaman tebu tidak diijinkan karena asap dan senyawa-senyawa karbon yang dilepaskan dapat membahayakan penduduk setempat. Meskipun demikian, tidak ada dampak lingkungan, karena CO2 yang dilepaskan sebenarnya memiliki proporsi yang sangat kecil dibandingkan dengan CO2 yang terikat melalui fotosintesis selama pertumbuhan. Besarnya areal tanam dan jumlah tanaman tebu dapat dikurangi jika ekstraksi gula dapat dilakukan semakin baik sehingga dapat memenuhi kebutuhan gula dunia.
Pemanenan dapat dilakukan baik secara manual dengan tangan ataupun dengan mesin. Pemotongan tebu secara manual dengan tangan merupakan pekerjaan kasar yang sangat berat tetapi dapat mempekerjakan banyak orang di area di mana banyak terjadi pengangguran.Tebu dipotong di bagian atas permukaan tanah, dedauan hijau di bagian atas dihilangkan dan batang-batang tersebut diikat menjadi satu. Potongan-potongan batang tebu yang telah diikat tersebut kemudian dibawa dari areal perkebunan dengan menggunakan pengangkut-pengangkut kecil dan kemudian dapat diangkut lebih lanjut dengan kendaraan yang lebih besar ataupun lori tebu menuju ke penggilingan.
Pemotongan dengan mesin umumnya mampu memotong tebu menjadi potongan pendek-pendek. Mesin-mesin hanya dapat digunakan ketika kondisi lahan memungkinkan dengan topografi yang relatif datar. Sebagai tambahan, solusi ini tidak tepat untuk kebanyakan pabrik gula karena modal yang dikeluarkan untuk pengadaan mesin dan hilangnya banyak tenaga kerja.


Ekstraksi
Tahap pertama pengolahan adalah ekstraksi jus atau sari tebu. Di kebanyakan pabrik, tebu dihancurkan dalam sebuah serial penggiling putar yang berukuran besar. Cairan tebu manis dikeluarkan dan serat tebu dipisahkan, untuk selanjutnya digunakan di mesin pemanas (boiler). Di lain pabrik, sebuah diffuser digunakan seperti yang digambarkan pada pengolahan gula.
Jus dari hasil ekstraksi mengandung sekitar 15% gula dan serat residu, dinamakan bagasse, yang mengandung 1 hingga 2% gula, sekitar 50% air serta pasir dan batu-batu kecil dari lahan yang terhitung sebagai “abu”. Sebuah tebu bisa mengandung 12 hingga 14% serat dimana untuk setiap 50% air mengandung sekitar 25 hingga 30 ton bagasse untuk tiap 100 ton tebu atau 10 ton gula.
Pemurnian
Pabrik dapat membersihkan jus dengan mudah dengan menggunakan semacam kapur (slaked lime) yang akan mengendapkan sebanyak mungkin kotoran untuk kemudian kotoran ini dapat dikirim kembali ke lahan. Proses ini dinamakan liming.
Jus hasil ekstraksi dipanaskan sebelum dilakukan liming untuk mengoptimalkan proses penjernihan. Kapur berupa kalsium hidroksida atau Ca(OH)2 dicampurkan ke dalam jus dengan perbandingan yang diinginkan dan jus yang sudah diberi kapur ini kemudian dimasukkan ke dalam tangki pengendap gravitasi: sebuah tangki penjernih (clarifier). Jus mengalir melalui clarifier dengan kelajuan yang rendah sehingga padatan dapat mengendap dan jus yang keluar merupakan jus yang jernih.
Kotoran berupa lumpur dari clarifier masih mengandung sejumlah gula sehingga biasanya dilakukan penyaringan dalam penyaring vakum putar (rotasi) dimana jus residu diekstraksi dan lumpur tersebut dapat dibersihkan sebelum dikeluarkan, dan hasilnya berupa cairan yang manis. Jus dan cairan manis ini kemudian dikembalikan ke proses.
Penguapan (Evaporasi)
Setelah mengalami proses liming, jus dikentalkan menjadi sirup dengan cara menguapkan air menggunakan uap panas dalam suatu proses yang dinamakan evaporasi. Terkadang sirup dibersihkan lagi tetapi lebih sering langsung menuju ke tahap pembuatan kristal tanpa adanya pembersihan lagi.
Jus yang sudah jernih mungkin hanya mengandung 15% gula tetapi cairan (liquor) gula jenuh (yaitu cairan yang diperlukan dalam proses kristalisasi) memiliki kandungan gula hingga 80%. Evaporasi dalam ‘evaporator majemuk' (multiple effect evaporator) yang dipanaskan dengan steam merupakan cara yang terbaik untuk bisa mendapatkan kondisi mendekati kejenuhan (saturasi).
Pendidihan/ Kristalisasi
Pada tahap akhir pengolahan, sirup ditempatkan ke dalam panci yang sangat besar untuk dididihkan. Di dalam panci ini sejumlah air diuapkan sehingga kondisi untuk pertumbuhan kristal gula tercapai. Pembentukan kristal diawali dengan mencampurkan sejumlah kristal ke dalam sirup. Sekali kristal terbentuk, kristal campur yang dihasilkan dan larutan induk (mother liquor) diputar di dalam alat sentrifugasi untuk memisahkan keduanya, bisa diumpamakan seperti pada proses mencuci dengan menggunakan pengering berputar. Kristal-kristal tersebut kemudian dikeringkan dengan udara panas sebelum disimpan.
Sebagai tambahan, karena gula dalam jus tidak dapat diekstrak semuanya, maka terbuatlah produk samping (byproduct) yang manis: molasses. Produk ini biasanya diolah lebih lanjut menjadi pakan ternak atau ke industri penyulingan untuk dibuat alkohol. Inilah yang menyebabkan lokasi pabrik rum di Karibia selalu dekat dengan pabrik gula tebu.



BAB III
Penutup
Kesimpulan :
  • Tanaman tebu (Sacharum officinarum) tidak hanya bisa digunakan sebagai bahan pembuatan gula saja, tetapi tebu juga bisa di gunakan sebagai obat untuk menyembuhkan sakit batuk,sakit panas, dan juga meredakan jantung berdebar. Dengan demikian tebu bisa diolah semaksimal mungkin supaya harga jual gula dipasaran tidak melonjak harganya lebih tinggi.










Daftar pustaka
·         www.google.com
·         www.wikipedia.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar